LAPORAN
PRATIKUM KIMIA
ORGANIK I
PERCOBAAN VIII
SUCI
DESMARANI
(NIM : A1C117081)
DOSEN
PENGAMPU :
Dr. Drs. SYAMSURIZAL., M.Si
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN KIMIA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2019
VIII. Data
pengamatan
8.1. Kromatografi
lapis tipis
No.
|
Sampel
|
Jarak Noda(cm)
|
Jarak Eluen (cm)
|
Rf
|
1
|
Buah naga
|
3,9
|
4,8
|
0,8125
|
2
|
Bayam
|
0,3
|
4,8
|
0,025
|
3
|
Nanas
|
3,8
|
4,8
|
0,79166
|
4
|
Bunga kertas
|
2,5
|
4,8
|
0,520
|
5
|
Semangka
|
3,7
|
4,5
|
0,8222
|
6
|
wortel
|
3,9
|
4,5
|
0,8666
|
7
|
pepaya
|
3,8
|
4,5
|
0,8444
|
8
|
Kentang
|
0
|
4,5
|
0
|
9
|
Tomat
|
4,1
|
4,7
|
0,8723
|
10
|
Bunga sepatu
|
4,0
|
4,7
|
0,8510
|
8.2. Kromatografi kolom
No.
|
Sampel
|
Banyak botol
|
Warna
|
Hasil TLC
|
1
|
Buah naga
|
6 botol
|
Bening semua
|
Tidak ada noda ang bergerak
|
2
|
Bayam
|
4 botol
|
1 (bening)
2 (Hijau) 3 (hijau pudar ) 4 (bening)
|
Noda tidak ada yang bergerak tetapi tapi noda
1,2,3 terlihat berwarna kekuningan pada garis bawah plat.
|
3
|
Nanas
|
3 botol
|
1 (bening) 2 (kuning keruh ) 3 (bening)
|
Noda tidak tampak dan tidak bergerak
|
4
|
Bunga kertas
|
5 botol
|
1 ( bening ) 2 ( terdapat seperti minak ) 3 ( agak
keruh ) 4 dan 5 (bening )
|
Noda tidak tampak dan tidak bergerak
|
5
|
Semangka
|
3 botol
|
1 (bening) 2 ( keruh ) 3 (bening)
|
Noda tidak tampak dan tidak bergerak
|
6
|
wortel
|
3 botol
|
1 (bening) 2 ( kuning cerah ) 3 (bening)
|
Noda 1dan 3 tampak berwarna krim pada garis bawah
tapi tidak bergerak
|
7
|
pepaya
|
4 botol
|
1 (bening) 2 (kekuninga) 3 dan 4 (bening)
|
Noda satu tak terjadi apa2. Noda 2 dan 4 tampak
noda krim pada garis bawah dan pada noda 3 bergerak naik dengan warna krim
|
8
|
Kentang
|
4 botol
|
1 (bening) 2 ( kuning keruh ) 3 dan 4 (bening)
|
Noda tidak tampak dan tidak bergerak
|
9
|
Tomat
|
3 botol
|
1 (bening) 2 (kemerahan) 3 (bening)
|
Pada noda ketiga berwarna abu2 dan bergrak naik ke
atas
|
10
|
Bunga sepatu
|
4 botol
|
1 (bening) 2 dan 3(keruh) 4 ( keruh pudar )
|
Noda tidak tampak dan tidak bergerak
|
IX. Pembahasan
9.1. Kromatografi lapis tipis
Kromatografi merupakan
salah satu teknik analisis di dalam kimia organik khususnya yang biasa
digunakan untuk memisahkan campuran zat menjadi komponen-komponen penyusunnya,
sehingga masing-masing komponen tersebut dapat dianalisis secara menyeluruh.
Terdapat berbagai jenis kromatografi diantaranya, kromatografi lapis
tipis , kromatografi cair, khromatografi gas, kromatografi penukar ion,
kromatografi afinitas, dimana semua teknik khromatografi tersebut menggunakan
prinsip dasar yang sama http://syamsurizal.staff.unja.ac.id/2019/04/10/325teknik-pemisahan-dengan-khromatografi/.
Pada percobaan kali ini, dilakukan uji
kromatografi lapis tipis menggunakan beberapa sampel yang akan diekstrak menggunakan
eluen tertentu. Setelah mempersiapkan alat dan bahan dilakukan preparasi sampel
diperolehlah ekstrak dari buah naga, bayam, nanas, bunga kertas, semangka,
wortel, pepaya, kentang, tomat dan bunga sepatu. Selanjutnya mempersiapkan
eluen yang akan digunakan yaitu dengan mereaksikan heksan (nonpolar) dengan
etil asetat (semipolar) dengan perbandingan 2 : 1. Dimasukkan ke dalam chamber
lalu dijenuhkan dengan cara diaduk dan didiamkan lebih kurang 1 menit agar
homogen. Uji pertama yang dilakukan yaitu menggunakan ekstrak buah naga, sampel
ekstrak di totalkan dengan menggunakan pipa kapiler (pipa yang telah
dibersihkan dengan tisu, direndam dengan metanol untuk membersihkan zat
pengotor lalu dipotong dengan karakter sesuai dengan ukuran yang diinginkan).
Ekstrak buah naga ditotolkan pada garis bawah plat (plat yang telah diberi
tanda batas bawah dan batas atas). Plat tlc dimasukkan pada eluen yang telah
disiapkan lalu ditutup. Eluen berada di bawah garis bawah dari sampel yang di
totolkan. Ketika eluen bergerak ke atas itu disebut sebagai proses elusi.
Ditunggu hingga eluen mendekati garis batas atas lalu diberikan sinar uv untuk
melihat pergerakan warna dari sampel. Eluen bergerak cepat berbentuk titik dan
diperoleh jarak noda 3,9 cm, jarak eluen 4,8 sehingga diperoleh rf 0,8125.
Dilakukan pengulangan pada sampel yang lain.
Selanjutnya
dilakukan pada sampel ekstrak bayam, diperoleh jarak noda 0,3 cm jarak eluen
4,8 cm dan hasil rf sebesar 0,025. Hal ini dapat diasumsikan bahwa ekstrak
bayam tidak larut sempurna dengan menggunakan eluen heksan : etil aset. Pada
sampel ekstrak nanas diperoleh jarak noda sebesar 3,8 cm, jarak eluen 4,8 cm
dan diperoleh harga rf 0,7916. Dapat diasumsikan bahwa ekstrak nanas dapat
terelusi dengan baik. Pada sampel bunga kertas diperoleh jarak noda 2,5 cm dan
jarak eluen 4,8 cm sedangkan harga rf yang diperoleh dari perhitungan yaitu
0,520. Dengan demikian dapat dikatakan hasil elusi cukup baik karena
menunjukkan harga rf 0,520. Sampel ekstrak semangka menunjukkan jarak noda sebesar
3,7 cm jarak eluen sebesar 4,5 cm dan jarak rf sebesar 0,822. Ini dapat
dikatakan baik karena ditunjukkan oleh angka rf lebih besar dari nanas yaitu
0,822. Pada sampel wortel jarak nada yang ditempuh sebesar 3,9 cm jarak eluen
sebesar 4,5 dan hasil rf diperoleh sebesar 0,866.
Dilanjutkan
dengan uji pada ekstrak pepaya diperoleh jarak nada sebesar 3,8 cm, jarak eluen
sebesar 4,5 cm, harga rf yang diperoleh 0,844. Kemudian pada uji sampel kentang
tidak menunjukkan pergerakan noda (0 cm) dan jarak eluen yang ditempuh sebesar
4,5 cm dari hasil perhitungan harga rf 0. Hal ini dapat diasumsikan bahwa
ekstrak dari sampel kentang tidak dapat terelusi menggunakan pelarut heksandan
etil asetat. Pada ekstrak tomat diperoleh jarak noda 4,1 cm jarak eluen 4,7 cm dan
harga rf yang diperoleh 0,872. Pada sampel yang terakhir diuji yaitu bunga
sepatu diperoleh jarak noda sebesar 4,0 cm jarak eluen 4,7 cm dan harga rf yang
diperoleh sebesar 0,851. Dari percobaan ini menunjukkan bahwa dalam melakukan
percobaan klt pemilihan eluen sangat diperlukan agar dapak meng elusi sampel
yang ingin kita uji. Dibuktikan dengan sampel bayam dan kentang yang tak
terelusi dengan sempurna dengan eluen heksan : etil asetat.
9.2. Kromatografi kolom
Percobaan yang kedua yaitu kromatografi kolom,dimana langkah yang pertama kali kami lakukan adalah dengan Penyiapan
kolom à disumbat kapas dan ditetesi n-heksan untuk
membersihkan bagian dinding kolom. Silica gel (n-heksan) à dimasukkan ke
dalam kolom dipadatkan sampai setengah diketuk menggunakan pensil. persiapan sampel à Cawan petri, dimasukkan sampel buah naga dimasukkan silica gel , kemudian diaduk sampai kering kayak kristal.
setelah kering dimasukkan ke dalam kolom diatas silica gel kemudian baru ditambahkan pelarut, ditunggu sampai ekstrak tersebut melewati silica gel dn pelarut turun kebawah . diratakan, pada
bagian bawah kolom diberikan botol kecil dimasukkan sampel. menggunakan pelarut
n-heksan ditambah etil asetat (8:4) diperoleh 2 botol tetapi tidak penuh.
dibiarkan pelarut turun sampai habis tetapi pelarutnya tidak dapat turun
digantilah dengan perbandingan 16 : 2
diperoleh satu botol pelarut. Pada sampel bayam dilakukan hal yang sama seperti
percobaan sebelumnya dengan eluen n-heksan : etil asetat (5:10). Terbentuk
warna hijau dan diperoleh hasil 4 botol larutan yaitu 1 (bening) 2 (Hijau) 3 (hijau pudar ) 4
(bening). Hasil uji TLC noda tidak ada yang bergerak tetapi tapi noda 1, 2, 3
terlihat berwarna kekuningan pada garis bawah plat.
Sampel
nanas digunakan eluen kloroform + etanol (3:1) diperoleh 3 botol larutan dengan
warna 1 (bening) 2 (kuning keruh ) 3 (bening) dan hasil TLC yaitu Noda tidak
tampak dan tidak bergerak. Sampel bunga kertas dengan pelarut 5 ml kloroform
diperoleh 5 botol ektraks dengan warna botol 1 ( bening ) 2 ( terdapat seperti
minak ) 3 ( agak keruh ) 4 dan 5 (bening ). Uji plat TLC diperoleh noda tidak
tampak dan tidak bergerak. Sampel semangka dengan eluen n-heksan + etil asetat
(3:2) diperoleh 3 botol dengan warna botol 1 (bening) 2 ( keruh ) 3 (bening). Uji
plat TLC diperoleh noda tidak tampak dan tidak bergerak. Sampel wortel dengan
eluen n-heksan + etil asetat (3:2) diperoleh 3 botol dengan warna botol 1
(bening) 2 ( kuning cerah ) 3 (bening) dan uji TLC diperoleh noda 1 dan 3
tampak berwarna krim pada garis bawah tapi tidak bergerak.
Pada sampel pepaya dengan
eluen n-heksan + etil asetat (3:2) diperoleh 4 botol dengan warna botol 1
(bening) 2 (kekuninga) 3 dan 4 (bening) hasil uji TLC diperoleh noda satu tak
terjadi apa-apa. Noda 2 dan 4 tampak noda krim pada garis bawah dan pada noda 3
bergerak naik dengan warna krim. Sampel kentang dengan eluen kloroform :
metanol (3:1) diperoleh 4 botol dengan warna botol 1 (bening) 2 ( kuning keruh
) 3 dan 4 (bening). Hasil uji TLC yaitu noda tidak tampak dan tidak bergerak. Sampel
tomat n-heksan + etil asetat (3:1)
diperoleh 3 botol dengan warna botol 1 (bening) 2 (kemerahan) 3 (bening), dan
hasil uji TLC noda ketiga berwarna abu-abu dan bergrak naik ke atas. Sampel yang
terakhir yaitu bunga sepatu dengan eluen n-heksan + etil asetat (3:1) diperoleh
4 botol dengan warna botol 1 (bening) 2 dan 3(keruh) 4 ( keruh pudar ), hasil
uji TLC yaitu noda tidak tampak dan tidak bergerak.
X. Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan yang
dilakukan tentang “kromatografi lapis tipis dan kolom “
yaitu :
1. pemisahan secara kromatografi dapat diartikan sebagai pemisahan suatu zat aktif yang terkandung dalam suatu sampel berdasarkan kemampuan bergerak fasa diam dan fasa gerak.
2. Beberapa jenis teknik kromatografi diantaranya adalah kromatografi kolom, kromatografi kertas, kromatografi lapis tipis ( KLT) dan lain sebgsinya.
3. Kemampuan kromatografi kolom berdasarkan kemampuan proses adsorbsi dan partisi dimana komponen sampel secara selektif di adsorbsi oleh permukaan fasa diam dan komponen sampel secara selektif terpartisi antara eluen dan lapisan cairan tipis yang terikat pada padatan pendukung inert.
4. Prinsip kerja kromatografi lapis tipis yaitu dengan pemisahan sampel berdasarkan perbedaan kepolaran antara sampel dengan pelarut (eluen) yang di gunakan.
1. pemisahan secara kromatografi dapat diartikan sebagai pemisahan suatu zat aktif yang terkandung dalam suatu sampel berdasarkan kemampuan bergerak fasa diam dan fasa gerak.
2. Beberapa jenis teknik kromatografi diantaranya adalah kromatografi kolom, kromatografi kertas, kromatografi lapis tipis ( KLT) dan lain sebgsinya.
3. Kemampuan kromatografi kolom berdasarkan kemampuan proses adsorbsi dan partisi dimana komponen sampel secara selektif di adsorbsi oleh permukaan fasa diam dan komponen sampel secara selektif terpartisi antara eluen dan lapisan cairan tipis yang terikat pada padatan pendukung inert.
4. Prinsip kerja kromatografi lapis tipis yaitu dengan pemisahan sampel berdasarkan perbedaan kepolaran antara sampel dengan pelarut (eluen) yang di gunakan.
XI. Daftar pustaka
Harborne, J.B. 1987. Metode Fitokimia. Bandung: ITB
Bandung .
Khopkar, S.M. 2010. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta:
Penerbit Universitas Indonesia.
Soebagio, dkk. 2000. Kimia Analitik II. Malang:
Universitas Negeri Malang.
Tim Kimia Organik I. 2016. Penuntun
Praktikum Kimia Organik I. Jambi : Universitas Jambi
XII. Lampiran
Silica gel yang telah dipadatkan dan tidak pecah.karena jika pecah maka silica gel tersebut tidak bisa digunakan.
Macam-macam ekstrak yang akan digunakan pada proses kromatografi
Proses penyinaran plat TLC menggunakan sinar UV
Proses dilakukan TLC
Proses dilakukan impreknasi
Pertanyaan
pascapraktek
- Pada percobaan kromatografi kolom, apa upaya yang bisa kita lakukan untuk memadatkan silica gel?
- Pada percobaan kromatografi kolom apa fungsi dimasukkan pelarut?
- Apa kegunaan dilakukan perbandingan penambahan pelarut pada percobaan kromatografi kolom?
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusSaya Yuli Asriani (039) saya akan menjawab pertanyaan nor 2 bahwa adapun fungsi dimasukkan pelarut yaitu untuk menekan ekstrak untuk melewati silica gel serta bisa melewati kapas yang dibawah.kemudian kita juga meniup ke arah kolom untuk mempercepat proses tersebut. Terimakasih
BalasHapusSaya Hanna (045) akan menjawab pertanyaan nomor 3. Adapun kegunaanya untuk melihat bagaimana kepolaran pelarut tersebut.dari percobaan kami tadi dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi perbandingan pelarutnya maka akan semakin memudahkan ekstrak nya untuk turun kebawah melewati silica gel untuk sampai kebawah
BalasHapusPutri ayu indah lestari (05) akan menjawab pertanyaan nomor 2 mengenai fungsi pelarut. Adapun fungsi dimasukkan pelarut yaitu untuk menekan ekstrak untuk melewati silica gel serta bisa melewati kapas yang dibawah.kemudian kita juga meniup ke arah kolom untuk mempercepat proses tersebut.
BalasHapus