LAPORAN
PRATIKUM KIMIA ORGANIK I
PERCOBAAN III
DISUSUN
OLEH :
SUCI
DESMARANI
(NIM
: A1C117081)
DOSEN
PENGAMPU :
Dr.
Drs. SYAMSURIZAL., M.Si
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN KIMIA
JURUSAN
PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
JAMBI
2019
VIII.
Data pengamatan :
8.1
Rekristalisati
No.
|
Perlakuan
|
Pengamatan
|
1.
|
Dipanaskan
50 ml air suling
|
Timbul gelembung-gelembung
|
2.
|
Dimasukkan
0,25 gram asam benzoat + 0,25 norit kedalam air panas
|
Asam
benzoat dapat larut dalam air panas, tetapi pasir tidak larut (karena pasir hanya
digunakan sebagai pencemar)
|
3.
|
Dilakukan
2 kali penyaringan dengan kertas saring dan corong buchner
|
Penyaringan
I dengan cotong buchner, filtrat yang dihasilkan belum murni masih ada pasir
Penyaringan
II dengan kertas saring, baru menghasilkan larutan yang murni
|
4.
|
Dijenuhkan
larutan dalam air es
|
Terdapat
kristal-kristal asam benzoat pada permukaan
|
5.
|
Diukur
suhu saat dijenuhkan
|
Suhu
sebelum dijenuhkan 35oC, setelah dijenuhkan menjadi 2 oC
|
6.
|
Diukur
titik leleh kristal asam benzoat
|
Titik
leleh yang didapat mengunakan manual 78 oC, dan melelh sempurna suhu 80 oC
Titik
leleh dengan Mpa yaitu 79 oC
|
8.2
Sublimasi
No.
|
Perlakuan
|
Pengamatan
|
1.
|
1 gr naftalen dan 1 gr pasir dipanaskan
|
Naftalen dalam cawan menguap
|
2.
|
Disumbat dengan kertas saring dan
corong
|
Kemudian terbentuklah kristal yang
menempel pada kertas saring dan corong
|
3.
|
Suhu pada pembentukan kristal
|
Pada suhu 28 oC
|
4.
|
Diukur titik leleh kristal
|
Titik leleh nya 117 oC dan meleleh sempurna pada suhu 122,
2 oC
|
IX.
Pembahasan
9.1 Rekristalisasi
Pada
praktikum kali ini kita menggunakan asam benzoat yang belum murni atau masih
kotor. Karena itu dilakukan pemurnian terhadap asam benzoat tersebu agar
terbebas dari zat pengotor melalui pemanasan bersama pelarutnya, disamping itu
kami menggunakan norit, dimana fungsi norit disini sebagai zat yang dapat
mengikat zat-zat pengotor yang ada dalam
larutan tersebut, adapun pelarut yang kami gunakan adala H2O. Air digunakan
sebanyak 50 ml, dikarenakan titik didih air itu lebih rendah daripada asam
benzoat yaitu sebesar 249 oC, dan titik didih air itu 100 oC.
Sesuai dengan persyaratan sebagai pelarut yang sesuai yaitu titik didih pelarut
harus memudahkan untuk proses pengeringan kristal terbentuk.
Berdasarkan
syarat ini, titik didih air sebagai pelarut lebih rendah daripada titik didih
asam benzoat sehingga kristal yang diinginkan pada saat proses penjenuhan dapat
terbentuk, penggunaan air sebagai pelarut, asam benzoat juga berhubungan dengan
kelarutan suatu zat, sesuai dengan syarat pelarut kedua yaitu pelarut harus
dapat melarutkan zat yang akan dimurnikan dan tidak melarutkan zat pencemarnya.
Reaksi antara asam benzoat menyebabkan terbentuknya ikatan hidrogen, inilah
yang menyebabkan asam benzoat larut dalam air.
Setelah proses kelarutan selesai, maka filtrat
yang dihasilkan dari proses penyaringan itu akan digunakan untuk proses
kristalisasi pada tahap berikutnya. Agar proses kristalisasi ini dapat berjalan
dengan baik, pastikan bahwa tidak ada lagi zat pengotor, karena kotoran
mempunyai kelarutan yang lebih besar dari senyawa yang diinginkan. jika hal ini
tidak terpenuhi maka kotoran akan ikut mengkristal bersama dengan senayawanya.
Dampaknya menyebabkan kristal yang diperoleh tidak murni lagi, dimana
kemungkinan suatu zat ditentukan oleh randemen yang diperoleh, semakin tinggi
randemen suatu zat, maka tingkat kemurnian akan semakin tinggi. Adapun titik
leleh yang kami proses pada proses pengukuran kristal yang terbentuk oleh
senyawa murni asam benzoat adalah Titik leleh yang didapat mengunakan manual 78
oC, dan melelh sempurna suhu
80 oC, Titik leleh dengan Mpa
yaitu 79 oC. Prcobaan
rekkristalisasi ini berhasil, karena kami berhasil mendapatkan kristal asam
benzoat yang murni.
9.2
Sublimasi
Sublimasi adalah
suatu cara memisahkan fasa padat tidak melalaui fasa cair dahulu. Hal ini dapat
terjadi dikarenakan suatu padatan senyawa tersebut pada suhu teretentu
dipengaruhi oleh tekanan tertentu, kemudian kondensasi uap dari setiap senyawa
tersebut mengkristal. Sampel naftalen diletakkan kedalam elenmeyer berukuran
besar dan dipanaskan. Tabung reaksi berisi es dapat digunakan sebagai alat
pengkristal uap hasil pemanasan sampel, mulut elenmeyer juga ditutupi oleh
kapas, hal ini bertujuan agar kristal yang terbentuk tidak menyebar luas atau
berterbangan.
Elenmeyer
seharusnya dirangkai saat proses pemanasan tanpa menggunakan kaki tiga, agar
pemanasan berjalan fleksibel, dan memudahkan praktikan menggerak2an saat proses
pemanasan ke segala arah, pemanasan dari segala arah ini bertujuan agar proses
sublimasi pada sampel bisa merata, karena sampel yang sudah dipanaskan ada
sebagian yang tidak menempel pada tabung reaksi, berisi es, malahan menempel
pada dinding elenmeyer, ini akan mempengaruhi hasil randemen nya.
Pengunakan es
dalam tabung reaksi sebenarnya berfungsi sebagai pengkristal uap sampel yang
terbentuk. Dengan suhu yang lebih rendah dari sampel yang menguap. Uap tersebut
akan mengkristal saat menempel pada dinding tabung reaksi dan mempermudah
praktikan dalam melihat sampel, kemudian memindahkan kedalam cawan petri,
karena apabila sampel yang menguap bentuknya tidak terlihat ( seperti gas),
tidak akan diperoleh randemen hasil.
Pada saat
pemindahan sampel yang menemel pada dinding tabung reaksi kedalam cawan petri
yang sudah disiapkan, satu dari cawan petri yang dinakan. Dialihkan fungsikan
sebagai penutup mulut elenmeyer. Hal ini bertujuan selain agar uap dari sampel,
masih berada dalam elenmeyer (tidak terbuang percuma) dan juga karena sifat
dari gas, sampel adalah mengganggu pernapasan, maka ditutuplah mulut elenmeyer
selama proses pemindahan sampel dilakukan.
Pada pecobaa kali
ini dihasilkan % randemen dimana hasilnya yaitu :
% randemen =
randemen hasil / randemen awal x 100%
= 0,15/2 x 100 %
= 7.5 %
Adapun titik
leleh hasil pengukuran kristal sampel adalah sebesar Titik leleh nya 117 oC dan meleleh sempurna pada suhu 122, 2
oC pada suhu 27 oC kristal pada sampel terbentuk.
Pemahaman yang baik terhadap sifat-sifat fisik dan kimia itu sangat menentukan keberhasilan pemisahan zat padat yang akan dipisahkan terutama pada kecendrungan kelarutan suatu zat padat yang akan kita murnikan dalam suatu pelarut.
Kita tentunya sebagai praktikan juga mesti mengenal dengan baik jenis-jenis pelarut organik dan gradien kepolarannya terutama kalau kita akan mencampurkan dua atau tiga jenis pelarut untuk melarutkan suatu zat padat.
Teknik pemisahan apapun yang kita gunakan itu sangat tergantung juga dari kompleksitas kemurnian zat padat tersebut dan tentunya juga sifat-sifat fisik dan kimianya, makin kompleks campurannya juga akan menuntut teknik yang kompleks juga untuk memisahkannya, tetapi kita juga harus mempertimbangkan juga efisiensi bahan dan alat yang digunakan serta waktu yang dibutuhkan untuk memisahkan zat padat tersebut
http://syamsurizal.staff.unja.ac.id/2019/03/07/pemurnian-zat-padat-organik93/
Pemahaman yang baik terhadap sifat-sifat fisik dan kimia itu sangat menentukan keberhasilan pemisahan zat padat yang akan dipisahkan terutama pada kecendrungan kelarutan suatu zat padat yang akan kita murnikan dalam suatu pelarut.
Kita tentunya sebagai praktikan juga mesti mengenal dengan baik jenis-jenis pelarut organik dan gradien kepolarannya terutama kalau kita akan mencampurkan dua atau tiga jenis pelarut untuk melarutkan suatu zat padat.
Teknik pemisahan apapun yang kita gunakan itu sangat tergantung juga dari kompleksitas kemurnian zat padat tersebut dan tentunya juga sifat-sifat fisik dan kimianya, makin kompleks campurannya juga akan menuntut teknik yang kompleks juga untuk memisahkannya, tetapi kita juga harus mempertimbangkan juga efisiensi bahan dan alat yang digunakan serta waktu yang dibutuhkan untuk memisahkan zat padat tersebut
http://syamsurizal.staff.unja.ac.id/2019/03/07/pemurnian-zat-padat-organik93/
X. Kesimpulan
Berdasarkan
hasil percobaan maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
Proses
pemisahan dan pemurnian zat padat dilakukan dengan mengkristalisasi dan
sublimasi, prinsip pemisahan dan pemurnian zat padat dengan teknik
rekristalisasi didapatkan dengan adanya perbedaan kelarutan zat padat dalam
pelarut murni
Pelarut
yang baik yaitu : tidak bereaksi dengan zat padat yang akan dikristalisasi zat
padatnya mempunyai titik didih dibawah titik leleh zat padat, at padat
mempunyai kelarutan terbatas pada suhu kamar / suhu rekristalisasi, zat padat
memiliki kelarutan tinggi pada titik didih pelarut
Warna
larutan dapat hilang denga proses rekkristalisasi yaitu cara untuk memisahkan
campuran zat padat dengan zat cair dengan dua kali proses pengkristalisasi.
XI. Daftar Pustaka
Arsyad, M. 2011.
Kamus kimia arti dan penjelasan istilah. Jakarta : gramedia
Pinalia,
A. 2001. Kristalisasi ammonium perklorat (AD) dengan sintesis pendinginan terkontrol
untuk menghasilkan kristal terbentuk bulat, jurnal penelitian vol 9. No1
Syukri.
1999. Kimia dasar 3. Bandung : ITB press
Mastuti,
A. Dkk,. 2010. Pemurnian garam dapur melalui pengkristalisasi air dengan bahan
pengikat pengotor. Jurnal penelitian. Vol 8. No 2
Tim kimia
organik 1. 2016. Penuntun praktikum kimia organik. Jambi : UNJA
XII.
Lampiran Gambar
Gambar bentuklah kristal naftalen yang menempel pada kertas saring
Gambar bentuklah kristal naftalen yang telah di pisahkan dari corong dan kertas saring
Gambar bentuklah kristal naftalen yang menempel pada corong
Gambar bentuklah kristal naftalen sebelum pemanasan
Pertanyaan pasca praktek
Pada
perobaan rekristalisasi menggunakan norit, apa fungsi norit tersebut ?
Kenapa
pada percobaan rekristalisasi asam benzoat, harus menggunakan pelarut air untuk
melarutkan asam benzoat tidak menggunakan minyak ?
Mengapa
pada percobaan sublimasi itu menggunakan air es sebagai proses pembentukan
kristal, jelaskan ?
Nama saya SILVYWAHYU FRADINI (A1C117023) akan menjawab pertanya yang pertama. Menurut saya pada percobaan rekristalisasi alasan menggunakan norit yaitu karena yang digunakan adalah asam benzoat tercemar, dan sifat norit itu adalah senyawa absorben, dimana dia memiliki peran sebagai pengikat zat atau senyawa pengotor yang ada dalam larutan tersebut,sehingga proses rekristalisasi dapat berjalan lancar dan tidak terjadi kesalahan pada praktikum tersebut. Terimakasih
BalasHapusSaya akan mencoba menjawab pertanyaan nomor 2. hal ini dikarenakan air memiliki titik didih yang lebih rendah dari pada titik leleh asam benzoat, yaitu air 100 oC dan titik leleh minyak 249 oC, sehingga air telah dapat memenuhi syarat sebagai pelarut yaitu pelarut dapat melarutkan zat yang akan dimurnikan dan tidak melarutkan zat pencemarnya (Sheila Sagita, 09).
BalasHapusSaya mirna dengan nim 13. Saya akan menjawab permasalahan pada nomor 3. es tersebut berfungi agar pada proses pengkristal uap yang dihasilkan oleh uap dari sampel mudah terbentuk, karena dengan suhu yang lebih rendah dari sampel yang menguap. Uap tersebut akan mengkristal saat menempel pada dinding tabung reaksi, serta akan memudahkan praktikan untuk mengamati kristal yang terbentuk.
BalasHapus